Rabu, 17 November 2010

Hanya Dalam Mimpi

“Untuk ayah tercinta, aku inigin bernyanyi
walau air mata di pipiku.
Ayah dengarkanlah aku ingin berjumpa
walau hanya dalam mimpi”

Sepenggal bait lagu ini, adalah sebuah harapan bagiku untuk berjumpa, dengan mendiang ayahku tercinta. Ya, mungkin hanya dalam mimpi kita dapat berjempu dengan seseorang yang telah meninggal.
Beliau telah meninggalkan aku berserta mama dan adikku, sekitar empat bulan yang lalu. Rasa rindu untuk berjumpa dengannya, tak dapat aku katakan dengan kata – kata. Karena, kata – kata tidak dapat mewakili perasaan manusia yang terdalam. Terkadang, aku hanya bisa menangis, untuk meluapkan segala kerinduaan itu kepadanya.
Jujur, di dalam lubuk hati yang paling terdalam, aku masih belum dapat menerima kepergiannya dari kehidupan kami untuk selama – lamanya. Karena, selama beliau hidup, aku merasa belum pernah melakukan sesuatu yang membanggakan baginya. Membuatnya tersenyum pun aku tidak mampu.
Aku pernah menceritakan hal ini kepada seseorang yang pernah ku cintai, ia mengatakan “Papa memang sudah meninggal, tapi kita tidak boleh menangisi kepergiannya. Yang harus kita lakukan adalah mendoakannya supaya ia tenang di alam sana.”
“Kamu harus tetap melakukan yang terbaik, aku yakin papa akan tersenyum, kalau melihat kamu sukses nantinya,” ia menambahkan. Pertama – tama aku merasa sulit untuk menerima saran darinya. Bahkan di dalam hati aku berkata, “Hah, kamu boleh gampang berbicara seperti itu, tapi kamu tidak pernah merasakan yang sebenarnya.”
Namun, seiring waktu berjalan aku dapat menerima sarannya. Sekarang yang harus aku lakukan adalah bangkit dari kesedihan ini, melangkah dengan pasti menuju masa depan, dan melakukan yang terbaik bagi keluarga, sahabat serta orang – orang di sekitarku.
Lalu, tanamkan keyakinan di dalam hati, “ayahku memang telah meninggal, tapi aku yakin roh, semangat, serta cintanya selalu ada di tengah – tengah kehidupan kami. Dan, aku yakin mampu membuatnya tersenyum, meskipun aku tidak akan pernah melihat senyuman itu.”

“Berbahagialah orang yang tidak melihat
namun percaya”